DAFTAR ARTIKEL

  • BAHASA,
  • DAN SASTRA
  • SOSIAL
  • TEORI

WELCOME TO MY BLOGGER

SUPRIADI GB PATTOLA

Kamis, 15 April 2010

PRAGMATIK

1. Secara literal boleh saja mengartikan deiksis menjadi ‘menunjuk dengan bahasa’, misalnya itu dalam kalimat Lihat gadis itu! (itu akan bersifat deiktis karena gadis mana yang dimaksud tentu tergantung pada penutur; dan itu dalam kalimat tersebut memang berupa pronomina demonstratif yang deiktis [wajar kalau bisa menunjuk]).

2. Deiksis berakar pada persona pertama tunggal dan menyangkut pada persona, waktu (waktu penutur menuturkan sesuatu dan waktu tersebut adalah saat ini), dan ruang (tempat penutur berada sewaktu ia menuturkan tuturan), misalnya Sekarang hujan (waktu), dan Udin ada di sini (tempat).

3. Pembicaraan deiksis persona tentu akan melibatkan pronomina personal (yang akan dibagi menjadi persona pertama, kedua, dan ketiga [ternyata untuk urusan deiksis, hanya persona pertama, misalnya saya, aku, dan kedua, misalnya engkau, kamu, yang bersifat deiktis, sedangkan persona ketiga tidak selalu bersifat deiktis], posesif, dan demonstratif [ketiganya memang sudah ditakdirkan untuk bersifat deiktis, bawaan lahir]).

4. Dalam bahasa Barat, ada banyak prononomina posesif (dalam bahasa Inggris: my, your, his, her, our, dll.; dalam bahasa Jerman: mein, dein, sein, ihr, unser, dll.), namun yang dipakai dalam bahasa Indonesia adalah pronomina personal yang diafikskan pada nomina untuk menyatakan milik (misalnya, Anda yang dilekatkan pada nomina buku untuk menyatakan ‘buku milik “Anda”‘: Buku Anda atau -nya pada Bukunya).

5. Contoh persona demonstratif dalam bahasa Indonesia adalah ini yang mengacu pada sesuatu yang di tempat penutur, disebut juga ‘persona pertama’ dan itu yang mengacu sesuatu tempat yang bukan tempat penutur, disebut juga ‘persona ketiga’.

6. Bergeser ke kata kerja (verba), kita bertemu deiksis leksikal verbal yang langsung memperkenalkan verba yang deiktis dalam semua bahasa (wow!), misalnya datang yang berarti ‘bergerak menuju penutur’ dan pergi yang berarti ‘menjauhkan diri dari penutur’, keduanya sama dengan to come dan to go dalam bahasa Inggris.

7. Ada lagi yang lain, deiksis gramatikal (pasti ada hubungannya dengan tata bahasa) yang dengan bangga memperkenalkan kalimat jenis imperatif yang jelas-jelas deiktis karena dapat mengungkapkan kehendak penutur (misalnya, Kerjakan itu segera!).

Yak! Kalimat ketujuh sudah tertulis, encik dosen tamu harus pamit. Walau belum selesai pembahasan ini, encik dosen tamu sudah harus pamit. Tujuh tambah tujuh empat belas, encik dosen tamu memang harus pamit. Salam. Kita berjumpa di edisi depan.

Rujukan: Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

You may Comment Here.